
REPLIKNEWS, TANA TORAJA- Yayasan Eran Sangbure Mayang (YESMa) membentuk kelompok konstituen di Lembang Randan Batu, Kecamatan Makale Selatan, Selasa (18/09/2022).
Pembentukan kelompok konstituen tersebut berkaitan dengan program menuju masyarakat inklusi, salah satu program kerja sama antara Pemerintah Australia dengan Pemerintah Indonesia.
Dalam program tersebut YESMa membentuk kelompok konstituen pada lima belas (15) Lembang/Kelurahan di Tana Toraja, salah satunya yakni di Lembang Randan Batu.
Tujuan dari program tersebut ialah untuk memberdayakan kelompok-kelompok masyarakat tertentu yang selama ini termarjinalkan, seperti ; disabilitas, lansia, kepala keluarga perempuan, perempuan dan anak korban kekerasan, serta kelompok rentan marginal lainnya.
"Menuju masyarakat inklusi yang artinya masyarakat yang mampu menerima perbedaan dan keberagaman. Ini yang diharapkan dalam program ini, bagaimana kita memperlakukan saudara-sadura kita yang memiliki kemampuan berbeda", tutur Lenynda Tondok, selaku Ketua YESMa.
"Program inklusi memperjuangkan masyarakat yang selama ini tidak memeroleh haknya, karena hak-hak masyarakat dalam bernegara itu sama, simiskin dan sikaya itu sama. Untuk itu perlu diadvokasi tentang itu, karna negara punya kewajiban, yang akan dimulai dengan pendataan untuk disampikan kepada pemerintah", sambung salah satu fasilitator dari YESMa.
Lebih lanjut, Lenynda membeberkan bahwa berada dalam naungan Yayasan Bakti sebagai mitra utama, daerah Tana Toraja, merupakan satu dari tiga Kabupaten/Kota di Sulawesi Selatan yang terpilih menjadi sasaran program tersebut, daerah lainnya yakni Maros dan Pare-Pare.
Tingginya angkah kekerasan terhadap perempuan dan anak di Tana Toraja menjadi salah satu latar belakang dipilihnya daerah Tana Toraja sebagai salah satu sasaran program tersebut.
"Untuk Sulsel berada dibawah Yayasan Bakti, ada 3 kabupaten kota, yakni; Maros, Pare-Pare, dan Tana Toraja. Untuk Tana Toraja, ada 6 Kecamatan, antara lain; Makale, Makale Selatan, Mengkendek, Sangalla' Utara, rembon, dan Balepe",beber Lenynda.
"Kenapa Tana Toraja dipilih, karna tinggi sekali kekerasan, untuk Tana Toraja, hingga Juni kemarin, setidaknya ada 60 kasus kekerasan yang dominan kekerasan seksual", lanjutnya.
Hal tersebut sesuai dengan beberapa syarat yang melatarbelakangi terpilihnya daerah kelompok, yakni (1) tingginya angka kekerasan terhadap perempuan, anak, dan kelompok miskin atau terpinggirkan di lokasi kelompok; (2) Belum meratanya akses pemerintah terhadap kelompok miskin, disabilitas, lansia, dan lainnya; (3) belum meratanya layanan renponsif gender; (4) Belum meratanya akses pemerintah terhadap kelompok miskin, disabilitas, lansia, dan lainnya.
Sementara Parerungan selaku Kepala Lembang Randan Batu berterimakasih, serta mendukung penuh program masyarakat inklusi yang menjadikan Randan Batu sebagai lokasi sasarannya.
"Kami berterimakasih kepada pihak YESMa yang telah memilih Randan Batu sebagai salah satu lokasi kelompok, untuk membantu masyarakat Randan Batu, khususnya kaum disabilitas, lansia, dan lainnya", tutur Parerungan saat membuka acara.
Pada pembentukan kelompok yang diberi nama konstituen Randan Batu tersebut, hadir Kepala Lembang,aparat, dan Staf Lembang Randan Batu, BPL Lembang Randan Batu, Tim Fasilitator YESMa, Pemerhati Perempuan dan Anak Kabupaten Tana Toraja, Tokoh Wanita Lembang Randan Batu, serta warga lansia dan penyandang disabilitas Lembang Randan Batu.
Berdasarkan kesepakatan bersama, pada momentum tersebut, pengurus inti kelompok Konstituen Randan Batu dalam program menuju masyarakat inklusi antara lain, Berta Palondongan sebagai Ketua, Neti Liling sebagai Sekertaris, dan Maria Bara'padang, sebagai Bendahara.
Selain pembentukan kelompok, pada momentum tersebut juga dilakukan rancangan program dengan meminta peserta yang hadir untuk menuliskan program-program prioritas sesuai SDGs.
Seperti yang telah diinformasikan sebelumnya, pada program menuju masyarakat inklusi, YESMa telah melaksanakan MoU dengan pemerintah Kabupaten Tana Toraja dan DPRD Tana Toraja.
Penulis : Nhata
Editor : Iga